Pada tulisan sebelumnya, saya sudah menyinggung sedikit mengenai benih yang saya titip melalui seorang teman yang kebetulan bekerja di Thailand. Dari banyaknya benih yang saya beli, hanya beberapa saja yang sudah saya coba tumbuhkan, seperti terung Mawar. Di kesempatan ini saya akan coba ceritakan lebih dalam.
Berawal dari lima bulan lalu, saya mendengar kabar bahwa ada teman yang akan pulang ke Indonesia untuk berlibur. Ketika ditanya mau dibawakan apa, langsung terbayang di benak saya benih-benih apa saja yang ingin saya tanam. Maklum, saya dari dulu ingin sekali menanam tanaman-tanaman yang umum namun dengan varietas yang tidak biasa, dan Thailand sudah terkenal dengan kemajuan sektor pertanian mereka, baik dalam metode maupun keanekaragaman varietas.

Tidak lama setelah menerima tawaran saya langsung mencari informasi di internet mengenai benih apa saja yang bisa dibeli di Thailand. Ketika itu saya teringat bahwa Shopee juga tersedia di negara itu. Tidak butuh waktu lama, saya sudah membuat akun Shopee Thailand dan bermodalkan Google Translate, saya mulai berburu benih.
Salah satu tanaman yang ingin saya cari adala terung (Solanum melongena). Bukan berarti saya tidak suka terung yang tersedia di daerah saya, tidak. Terung yang dijual di pasar sudah enak kok. Namun saya ingin mencoba varietas yang berbeda dari biasanya. Siapa tahu masakan terung saya bisa di-upgrade dengan benih dari luar negeri.

Pencarian saya membuahkan hasil, saya menemukan toko yang menjual benih terung yang dinamai oleh seller-nya sebagai “Eggplant Khun Chang”, namun saya ingin menyebunya sebagai Terung Mawar saja karena kontur buahnya mirip Bunga Mawar 🙂. Bentuknya bulat menyerupai labu, dengan warna yang lebih cerah dibandingkan dengan terung di pasar yang lebih condong ke ungu kehitaman. Harganya yang hanya sekitar 10.000 Rupiah membuat benih ini langsung masuk ke keranjang belanja saya. Tidak perlu menunggu lama, teman saya mendarat di Jakarta dan benih segera disemai.
PENANAMAN
Benih yang sudah dibuka dari bungkusnya saya rendam dulu dengan air selama kurang lebih satu jam. Ini saya lakukan untuk beberapa alasan; agar benih terhidrasi dengan baik, juga untuk melihat apakah ada benih yang mengapung (tidak akan berkecambah). Namun alhamdulillah semua benih tenggelam yang berarti kemungkinan besar akan bisa segera tumbuh setelah disemai.
Lima hari setelah penyemaian, sudah ada beberapa benih yang mulai mengeluarkan tunasnya. Benih-benih yang sudah bertunas saya pindahkan ke polybag besar yang sudah saya siapkan dengan media tanah karungan. Tidak butuh waktu lama, mulai muncul daun dan tunas baru.

Sekitar 3 minggu setelah dipindahkan, tanaman terung sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda munculnya calon bunga, yang mengindikasikan bahwa tanaman sudah masuk ke fase generatif. Patut menjadi catatan bahwa varietas ini punya daya tumbuh yang cukup ngebut.
PERAWATAN
Perlakuan saya pada Terung Mawar ini tidak terlalu banyak berbeda dengan tanaman sayur saya yang lain. Untuk pemupukan saya awali dengan mencampur kompos dengan media tanam sebelum kecambah saya pindahkan. Tiap tiga hari sekali, saya menyiramkan air sisa cucian beras pada media tanam. Air rendaman beras saya campurkan dengan air tanah dengan perbandingan 1:1. Tidak lupa saya juga menambahkan kompos ke permukaan media tanam tiap tiga minggu sekali.

Untuk penanggulangan hama saya tidak terlalu banyak bertindak. Terung Mawar ini tahan banting. Memang, tetap ada beberapa daun yang bolong dimakan serangga, dan beberapa kali saya menemukan kutu daun di beberapa pucuk tanaman, namun terbukti tidak mengganggu tumbuh kembangnya. Daun yang bolong saya potong jika menguning, dan kutu daun yang terlihat saya buang dengan tangan.
HASIL PANEN TERUNG MAWAR
2,5 bulan setelah penanaman, sudah ada buah Terong Mawar yang bisa saya panen. Buahnya cukup besar, dengan yang terbesar seukuran bola tenis. Ketika ditekan, buah Terung Mawar terasa keras, tidak lembek. Kulit dari terung ini kencang, namun tidak mengkilap. Jauh lebih cantik dibandingkan dengan terung pada umumnya menurut saya.
Dari segi rasa, saya bisa bilang bahwa terung ini tidak jauh berbeda dari terung di pasaran. Namun untuk tektur, berbeda cerita. Ketika saya coba membuat Terung Balado dengan Terung Mawar ini, teksturnya terasa lebih padat, sehingga kontras dengan nasi yang lembek.

Sedikit catatan, setelah mencari informasi lebih lanjut, ada varietas yang mirip dengan Terung Khun Chang ini juga ditanam di Italia dengan nama ‘Rosa Bianca Eggplant’, yang secara harafiah berarti ‘Terung Mawar Putih’. Jadi sebenarnya saya tidak begitu keliru memanggil terung jenis ini dengan sebutan Terung Mawar.
Kesimpulan dari saya, terung ini cocok untuk ditanam di pekarangan rumah untuk makanan sehari-hari. Untuk keperluan industri, ada sedikit kekurangannya, yaitu ukuran dan bentuk buah yang tidak seragam. Namun saya rasa kelebihannya seperti tahan hama dan rasa yang enak bisa membuatnya sepadan, sehingga saya tidak ragu untuk menyimpan benih terung ini dan menanamnya kembali di lain kesempatan.